http://jalan2.com/forum/topic/22230-dari-yang-memang-passion-hingga-cuma-latah-ah-traveling-sekarang-memang-lagi-tren/ |
“Minggu besok kemana nih,,? Kesini sudah, kesana sudah, kesitu juga sudah,,” lalu galau
Jangan bilang kamu belum pernah mendengar temanmu atau orang-orang
disekitarmu mengatakan hal itu. Atau malah justeru dirimu sendiri yang
acap kali mengatakannya. Tiada hari Minggu yang terlewat tanpa
jalan-jalan. “Nge-Trip”, katanya. Lalu, ketika akhirnya terpaksa
menghabiskan hari libur di rumah karena orang tua tidak memberikan uang
saku, tidak ada teman, atau cuaca buruk, dalam hati akan mendongkol
setengah mati. Menghabiskan waktu di rumah benar-benar tidak ada
keren-kerennya sama sekali menurutmu.
Keren?
Nah, ini dia yang aneh dari para traveller kekinian. Jadi travelling
itu hanya demi terihat keren? Maka tak heran kalau esensi dari
travelling adalah dokumentasi yang berupa foto-foto dan video. Kadang
kita kehilangan kesempatan untuk menikmati syahdunya deburan ombak dan
lembutnya terpaan angin. Kita sering melewatkan banyak informasi
berharga hanya karena satu hal yang mungkin penting tapi entah seberapa
kadar pentingnya, yakni dokumentasi. Tidak ada dokumentasi dari
”Nge-Trip” yang dilakukan ibarat sayur yang tanpa garam. Hambar...
Setelah itu pasti tahu kan kemana ending dari dokumentasi tersebut?
Mereka akan nangkring di facebook, Instagram, twitter, snapchat, atau
sekedar menjadi Display Picture WA atau BBM.
Wahai anak muda produktif,,
Tidak ada yang salah dengan postingan-potingan tersebut. Media sosial
memang memiliki andil yang besar dalam mempopulerkan suatu obyek
wisata. Barangkali postinganmu turut berkontribusi dalam perkembangan
pariwisata di suatu daerah. Meskipun kamu tidak dibayar, meskipun kamu
tidak terlalu dikenal, meskipun harus berkorban banyak hal demi bisa
travelling setiap akhir pekan. Tapi yang sedikit disayangkan disini
adalah, apakah harus setiap akhir pekan? Apakah seimbang pengorbananmu
demi tarvelling dengan manfaat yang didapatkan?
Ini bukan tulisan nyinyir seorang insan kurang piknik. Ini hanyalah
sebuah opini tentang betapa berharganya waktu. Saya yakin tidak semua
orang akan menjadi Host acara Trip seperti Nadine Chandrawinata, David
JS, atau Marshal Sastra. Tidak semua orang akan menjadi travel blogger
seperti Duo ransel dan A border that Breaks. Mungkin kelak Ada yang akan
seperti Wiliam Tanuwijaya, Ipho Santoso, Andrea Hirata, Tere Liye atau
Merry Riana. Rasanya tidak mungkin jika dulunya mereka piknik tiap akhir
pekan.
Intinya, jangan latah jadi traveller. Kenalilah dirimu. Dunia kini
semakin dipenuhi dengan orang-orang hebat, dan kamu harus jadi salah
satunya. Jadilah hebat dengan bakatmu. Tanyakan pada dirimu apakah benar
bakatmu ada disana. Jika memang bukan, temukan bakatmu. Berbicara soal
bakat, tentu ia jauh berbeda dengan mukjizat. Ia tak secara tiba-tiba
ada padamu tanpa dicari dan diasah.
Hal tersebut tidak serta merta membuat travelling menjadi buruk
bagimu. Bukan demikian. Travellinglah secukupnya. Poles bakatmu
sekeras-kerasnya. Semoga tulisan ini bermanfaat. Salam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar