Kamis, 13 Juli 2017

Teruntuk Adik-Adik Usia 22 yang Sedang Galau Karena Ditinggal Teman-Teman ke Pelaminan

https://www.vebma.com/curhat/teruntuk-adik-adik-usia-22-yang-sedang-galau-karena-ditinggal-teman-teman-ke-pelaminan/18756


Dear Adik-adikku yang cantik dan tampan,, Bagaimana kabar kalian hari ini,, ? Bahagiakah ? Atau sedang dirundung duka kah, seperti caption dan status-status kalian di sosial media ? Galau karena belum menikah, disaat teman-teman sudah beramai-ramai menyerbu pelaminan, sedangkan kalian, jangankan pelaminan,, teman dekatpun tak punya. Lalu meratapi nasib. Mengapa aku masih sendirian,,





Saya, sebagai wanita yang lahir di akhir tahun 1991, yang juga belum menikah, sejujurnya ketawa miris dek, waktu melihat betapa ngenesnya nasib kalian melalui postingan di akun-akun sosmed. Seakan-akan kalian adalah jiwa paling nelangsa se-dunia, paling kesepian, paling menyedihkan, dan maaf, paling tidak laku di antara teman-teman sepermainan kalian.  


Kakak geli, Dek. Tapi bukan karena Kakak membenci kalian makanya Kakak menulis ini. Sama sekali bukan. Tapi karena Kakak prihatin, sekaligus perhatian, maka lahirlah tulisan ini. Tulisan yang mungkin akan sedikit mengurangi kesedihan kalian. Para adek-adek korban romansa pernikahan dini. Hehe,, 




Dek, pernikahan bukanlah garis finish. Ia juga bukan lomba lari. Jadi seperti kata Bang Tere Liye, tidak ada istilah cepat-cepatan menikah atau terlambat menikah. Jodoh itu takdir, seperti kematian. Kita tidak tahu kapan dan dimana kita akan berjumpa dengannya. Yang bisa kita lakukan hanyalah berikhtiar dan berdo'a. Jika kita ingin mati secara baik-baik, maka banyaklah beramal dan berhati-hati dalam segala hal. Begitu juga dengan jodoh. Banyak-banyaklah meminta pada-Nya dan berikhtiar dengan cara-cara yang baik dan dihalalkan. Kalau soal bagaimana cara yang baik dan halal dalam menjemput jodoh, mungkin jangan tanya kakak karena selain bukan ahli agama, kakak juga belum menikah.
 
Tapi Dek, yang ingin kakak tekankan disini, usahlah kalian galau hanya gara-gara belum ketemu jodoh. Lantas dandan menor sana-sini, pencitraan lebay, dan juga update status galau. Itu norak dan sama sekali tidak elegan Dek. Kalian sungguh sangat tidak keren. Bikin orang-orang dewasa, bahkan yang sudah menikah jadi geli bacanya.

 
“ Ah, Kakak ga ngerasain sih, gimana rasanya ketika teman satu komplek udah menikah semua,, “
 
Kakak sudah ngalamin itu kok Dek. Kakak tinggal di daerah dimana budaya menikah muda masih kental sekali. Teman-teman Kakak sekarang banyak yang sudah punya anak lebih dari satu, bahkan anak yang paling besar sudah TK. Dan tidak hanya menjadi wanita tertua yang belum menikah, banyak wanita-wanita yang usianya jauh di bawah Kakak sudah pada menikah. Dan Kamu, usia di bawah 22 sudah galau karena teman-teman pada ijab qobul? Waktu Kakak usia 22 belum kepikiran nikah sama sekali Dek. Boro-boro nikah, Kakak baru mau wisuda S1 yang biaya pendidikannya di tanggung sama negara. Yang ada di bayangan Kakak cuma bagaimana caranya menghasilkan uang, asset,dan masa depan cerah buat keluarga, adik-adik,dan Kakak sendiri. Dari kecil Kakak biasa hidup “kurang” secara finansial, Dek.




Dan sampai sekarang, Kakak juga belum menikah. Bukan tidak mau Dek, Kakak sangat mau menikah. Menikah itu sunnah untuk yang Muslim, menyempurnakan separuh agama, menentramkan jiwa, meneruskan keturunan, dan banyak manfaat lainnya. Tapi Tuhan memang belum mengijinkan. Dan Kakak juga sudah berusaha. Mau bagaimana lagi ? Dan sejauh ini,  Kakak santai saja. Kakak yakin Tuhan punya rencana yang indah dibalik ini semua.

Dek, banyak yang bisa kita lakukan sembari menunggu jodoh datang. Jangan hanya berpangku tangan sambil nyetatus galau. Bisa jadi Tuhan telah menyiapkan jodoh yang istimewa untukmu, tapi tidak kunjung ketemu karena kalian sibuk nyetatus galau dan meratapi nasib. Alhasil yang datang juga bukan “dia” yang berkelas. Tapi karena kalian sudah tidak betah menahan sepi, akhirnya kalian terima saja tanpa menimbang-nimbang. Come On,, berubah Dek. Kalau Tuhan sudah merasa kalian pantas dan siap, pasti segera dipertemukan. 







Nah, lalu apa saja yang bisa dilakukan? Kalian bisa memperbaiki kualitas dan Kuantitas Ibadah. Bisa juga ikut berbagai macam kegiatan dan seminar yang ada di lingkungan kalian. Tentu kalian punya bakat bukan ? Seperti melukis, menulis, jualan, menyanyi, atau apapun. Kembangkan lagi Dek, syukur-syukur bisa dapat uang. Hehe Atau sambil menunggu jodoh, kalian bisa mengasah skill masak, bersih-bersih rumah, belajar ilmu parenting. Nanti kalau sudah ketemu jodoh, tinggal dipraktekkan. Tapi paling tidak, kalian sudah menguasai ilmunya dulu Dek.Menikah jelas ga gampang.Ga seindah dramayang kalau menikah langsung Happy Ending. Itu bukan ending, tapi baru dimulai. Boleh juga memperbaiki penampilan tapi jangan mengesampingkanperbaikan kualitas diri. Dan masih banyak kegiatan lain yang bisa kalian coba. Dijamin,ke-single-an kalian tidak akan sebegitu menyedihkannya. Dan tentunya, kualitas diri akan meningkat. Jodoh kalian juga dia yang berkualitas. Bukankah jodoh adalah cerminan diri ?

Lalu nanti Dek, kalau sedang dekat atau didekati seseorang, jangan lupa minta pendapat dari orang-orang terdekat. Jangan asal. Jangan mengabaikan nasehat. Kalian yang baik bisa mendapatkan dia yang buruk hanya karena mengabaikan nasehat-nasehat baik. Baik buruk ini bukan soal rupa ya Dek. Cantik dan Ganteng itu kemurahan Tuhan. Lagipula, sifatnya temporer dan relatif. Ga penting-penting amat seharusnya. Dan kalau setelah ditunggu lama tidak kunjung kelihatan juga sang jodoh, jangan sekali-kali menurunkan standar calon pendamping hidup kalian, terutama soal kualitas kepribadian. Serius jangan,, bahaya nanti. Soalnya ini berkaitan dengan kehidupan yang lebih panjang dibandingkan saat kalian belum menikah. Bayangkan menghabiskan hidup dengan orang yang salah? Ngeri kan,, 

http://www.hipwee.com/opini/untuk-bapak-dan-ibu-karena-akulah-harta-yang-paling-berharga-maka-aku-akan-tetap-disini/


Terakhir Dek, menikah itu bukan satu-satunya pencapaian. Sebagai seorang anak yang dibesarkan penuh cinta oleh orang tua sampai secantik atau seganteng ini, kalian tentu ingin kan menbahagiakan mereka. Manfaatkan kesempatan bebas ini untuk membahagiakan mereka Dek. Tentunya dengan cara kalian masing-masing. Atau maksimalkan karir dan bisnis yang kalian bangun Dek. Sekali lagi sambil menunggu jodoh. Ibarat sambil menyelam minum air Dek. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sayang kan, kalau kalian Cuma jungkir balik jempalitan buat mendapatkan jodoh, tapi ga dapat apa-apa selain jodoh itu sendiri.

Udah ya Dek,, Kakak sudah lelah ngetik. Kakak do'akan semoga kalian semua mendapatkan jodoh terbaik menurut versi-Nya. Aamiin




Artikel ini diambil dari Vebma kartya saya sendiri dengan link https://www.vebma.com/curhat/teruntuk-adik-adik-usia-22-yang-sedang-galau-karena-ditinggal-teman-teman-ke-pelaminan/18756






Selasa, 18 April 2017

Karena Obat Mujarab untuk Menyembuhkan Luka Adalah Berdamai dengan Pembuatnya

lhttp://my-favoriteartis.blogspot.co.id/2015/10/kumpulan-dp-bbm-gambar-danbo-patah-hati.html




Tak ada cara yang lebih mujarab untuk menyembuhkan luka kecuali berdamai dengannya. Dan balasan paling setimpal bagi mereka yang pernah menggoreskan luka adalah berbaik hati kepadanya..”



Apa ? 


Berdamai? 


Berbuat baik ? 


Impossible!!! 


Sampai turunan ke-10 pun aku tidak akan pernah sudi. Aku akan mengibarkan bendera perang, dan memberi tanda silang di kepalanya bahwa dia adalah target utamaku. Suatu saat aku akan tertawa bahagia di atas penderitaannya dan dia akan memohon-mohon di kakiku agar diberi belas kasihan. Aku akan berdo'a siang malam agar dia segera mendapat petaka yang luar biasa dari Tuhan. Aku janji,, janjii.. “

Mungkin kurang lebih begitulah ekspresiku ketika 6 bulan yang lalukau datang dengan nasihat bijak yang langsung aku tolak mentah-mentah. Dan kau hanya tersenyum sambil berkata dengan nadamu yang datar.

“Lakukan saja apa yang kau suka sekarang, tapi jangan berlarut-larut ya,, Aku tahu kau adalah gadis dengan segudang ambisi baik. Dan kurasa, melihat seseorang kesusahan bukanlah salah satu ambisimu bukan ? “

“Kamu tidak akan pernah mengerti, karena kamu tidak pernah tahu bagaimana rasanya dikhianati. Kamu bisa saja bersikap selow seperti sekarang karena kamu tidak tahu rasanya ditinggal pergi ketika sedang mempersiapkan perhelatan janji suci.”



Dan lagi-lagi kamu hanya tersenyum. Namun kali ini tak disusul dengan satu katapun. Hal ini membuat aku gemas. Bagaimana tidak?  Yang aku inginkan adalah kamu membelaku, memberi strategi jitu untuk melumpuhkannya. Bukan hanya memintaku untuk berdamai, Berbuat baik. Hei,, dia telah berbuat kesalahan yang paling fatal terhadapku. Dan lebih fatalnya lagi, terhadap keluargaku juga.

Bagaimana tidak fatal? Dia berkata akan menikahiku. Bukan kepadaku, tapi kepada orang tuaku. Ya, dia nampak bagai sosok laki-laki idaman. Jarang-jarang kan ada pria yang langsung to the point seperti itu? Terlebih dengan susunan rencana kehidupan rumah tangga kami kelak yang bedebah itu rancang sedemikian sederhana namun sangat menjanjikan. Aku kagum. Ayah Ibuku takjub. Dan, kita semua “klik”. Mulailah kami merancang apa-apa yang perlu dipersiapkan. Hari baik, adat seperti apa, konsep pesta, dan tetek bengek lainnya.



Ah andaikan saja para pria tahu, kegiatan itu merupakan hal yang paling merepotkan tapi sekaligus mengasyikkan bagi seorang wanita.Memikirkan konsep, pernak-pernik, pesta,, Itu semua kegiatan yang menyibukkan sekaligus menyenangkan. Ya, semua terasa menyenangkan sampai akhirnya ia merusak semua kebahagiaan itudengan membatalkannya secara sepihak. Dan parahnya lagi, ternyata ia membatalkan sebuah acara suci nan sakral demi seorang wanita lain. Damn,,

Wanita mana yang tidak sakit hati ? Wanita mana yang tidak hancur lebur perasaannya ? Wanita mana yang tidak menyimpan dendam ? Dia menjebloskanmu ke jurang neraka ketika sedang asyik-asyiknya bermain di angkasa. Dia seolah mencipratkan kotoran hewan ke wajah kedua orang tuamu. Kemudian kau diminta untuk berdamai ? Cih,,

Yang ada aku berusaha menempa diriku untuk menjadi lebih baik. Aku harus lebih sukses dari dia, aku harus lebih mapan secara finansial, aku harus lebih terkenal. Suatu saat, akan kuinjak lehernya. Akan kubuat dia merangkak-rangkak di kakiku, memohon belas kasihan. Lihat saja, suatu saat hal itu akan terjadi.

Aku berlari mengejar prestasi. Menyibukkan diri dengan kegiatan lain di luar jam kantor. Menulis, mengeksplorasi diri. Melakukan banyak hal baru demi sebuah popuparitas dan menambah asset. Ketika aku merasa lelah, postingan mesra nan alay dari kedua sejoli yang berawal dari pasangan selingkuh itu melecutku.

Hari demi hari berganti. Namaku semakin terangkat di bidang tulis menulis. Assetku semakin bertambah. Bisnis sampingan semakin berjalan.Aku mendapatkan apa yang aku inginkan. Namun aku menjadi aku yang tak kenal waktu. Menjadi aku yang tak kenal batas kemampuan diriku. Lebih parahnya, aku menjadi aku yang tak kenal belas kasihan pada dirisendiri.



Tiba saatnya dimana aku merasa amat sangat lelah. Aku tiba disaatdimanapostingan-postingan kemesraan dia dan kekasih barunya tidak bisa menepis lelah. Untuk apa aku bersusah payah melakukan ini semua. Apakah dengan populernya diriku menjadikan ia tersakiti ? Apakah dengan bertambahnya assetku dia akan menderita? Bagaimana kalau dia sama sekali tidak tahu? Bagaimana dia akan tahu? Dia sedang asyik dengan cintanya. Dan aku malah membiarkan indahnya kehidupanku ditelan oleh sibukku. Merelakan diri untuk tidak menikmati kehidupanku.



Oh Tuhan,, apa yang sedang kulakukan tak ada ubahnya dengan menghukum diriku sendiri. Padahal Tuhanku yang Maha Welas asih telah mengutus banyak orang baik untukku. Ayahku,, Ibuku,, Adikku,, dan sahabat-sahabat baik seperti kamu? Harusnya kuhabiskan waktu bersama mereka. Harusnya aku duduk dan mendengarkanmu berpetuah.



Kau benar sahabatku, seharusnya sejak lama aku berdamai dengan kejadian pahit itu. Bukan berarti harus melupakan, tapi ada beberapa hal yang nampak tidak menyenangkan tapi itulah hal yang seharusnya terjadi. Mungkin wanita yang membuatnya berpaling jauh lebih baik dalam beberapa hal dibandingkan diriku, dan aku juga punya beberapa hal yang jauh lebih baik dibandingkan dirinya. Hanya saja, kelebihannya lebih cocok untuk melengkapi kekurangan pria pengkhianat itu dibandingan dengan kelebihanku. Bukankah setiap pribadi itu unik, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing? Bukankah jodoh itu bukan yang paling baik tapi yang paling cocok?



Selang beberapa waktu, kujabat tangan seseorang yang dulu pernah menyakitiku begitu hebatnya sambil mengucapkan selamat. Kusunggingkan senyum tulus untuk mereka. Syukurlah,, hatiku merasa sangat ringan.



Benar katamu Sahabat, memaafkannya, merupakan obat luka yang paling mujarab.

Selasa, 11 April 2017

Sepucuk Surat Dariku, Pemilik Sepenggal Kisah Masa Lalu

http://www.hipwee.com/opini/sepucuk-surat-dariku-pemillik-sepenggal-kisah-masa-lalu/


Dear Kamu,
Bagaimana kabarmu? Maaf mengganggumu lewat dering alarm ponsel. Aku tahu kau lelah. Tapi bolehkan, aku meminta waktumu sedikit saja untuk ngobrol berdua ? Tak perlu khawatir, aku tak akan membangunkan belahan jiwamu yang sedang tertidur pulas. Apalagi membangunkan malaikat kecilmu. Cukup kau dan aku. Oke?

Hai kamu
Kini aku akan mengajakmu berwisata ke tempo dulu, tepatnya ke lima tahun yang lalu. Jika kau melihat dirimu tersedu dalam tangis dengan kepala menyandar pada meja tulismu, kau merasa lemah dan rapuh, berarti kau telah tiba disana. Kau jangan tergesa untuk bersedih. Kau ingat kan, itu adalah ratapan terakhirmu ? Ya,, aku terlahir kala itu. Kala mulutmu tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Kau hanya bisa meratap dalam hati, ” Tuhan, maafkan aku, Tuhan, tolonglah aku, Tuhan, aku kacau”
Memang tidak mudah bagi wanita manapun untuk bersikap tegar ketika di hadapkan dengan masalah seperti yang kau alami waktu itu. Kau harus menanggung sakit yang luar biasa. Bagaimana tidak? Setelah hampir setengah tahun kau membersamainya dengan penuh cinta, hingga kau yakin untuk membawa ia ke orang tuamu, memaparkan visi dan misi kalian membangun rumah tangga, lalu merencanakan dengan detail soal prosesi yang manis itu. Setelah Orang tuamu menyetujui, dan semua rencana kalian tersusun rapi, mendadak ia pamit berbekal alasan yang sangat tidak rasional. Hanya butuh belasan hari akhirnya kau tahu bahwa ia terpikat oleh hati yang lain dan menjalin cinta.

Tapi aku senang, kau tetap tegar meskipun badai itu demikian kuat menghantam. Kau terlihat istimewa setiap kau mengatakan kepada kedua orang tuamu bahwa kau baik-baik saja. Kau bahkan memberi pengertian kepada mereka bahwa memaafkannya adalah hal terbaik yang bisa dilakukan. Kau juga mengatakan kepada sahabat-sahabatmu untuk tidak membahas soal pembuat luka itu lagi. Meskipun aku tahu, kau tetap rapuh. Hatimu tetap saja remuk. Namun kau hanya menunjukkan apa yang sebenarnya kau rasakan pada satu waktu, yaitu saat kau berdialog dengan Tuhan. Hebat,,

Wahai kamu,, seorang bijak mengatakan, bahwa tanda yang meninggalkanmu adalah orang yang tidak baik, maka hal-hal baru yang lebih baik mulai terjadi. Tentu kau masih ingat ekspresi bahagiamu ketika mendapat kenaikan gaji. Lalu karir menulismu semakin cemerlang, bisnis sampinganmu semakin eksis, dan kau semakin dekat dengan Dia, Sang Maha pemberi nikmat. Cukup jelas, dia bukan orang baik.

Dan waktupun berjalan. Di seperempat abad usiamu, dikala dirimu tidak sempat berfikir soal cinta dan pernikahan, kejutan manis itu datang. Kalian tak perlu waktu lama untuk saling yakin, dan jadilah.

Bukankah Tuhan tak pernah ingkar janji? Ia akan selalu memberikan kejutan-kejutan manis bagi hamba-Nya yang selalu sabar dan berdo’a kepada-Nya. Kau semakin percaya, bahwa sekuat apapun badai, ia pasti akan tetap berlalu. Pandanglah dia, sandaran hatimu, penuntun jalanmu, orang biasa yang selalu berusaha menjadi sempurna untukmu. Tengoklah malaikat kecilmu yang sedang terlelap di kamar sebelah. Kau pasti menangis terharu menyadari betapa indahnya skenario yang telah Tuhan tuliskan untukmu.

Tentang si pembuat luka, aku sependapat denganmu, bahwa dengan memaafkan akan lebih mempercepat ia pergi dari ingatanmu, dan mempermudah jalanmu untuk melanjutkan hidup. Tuhan maha adil. Sekecil apapun kebaikan ataupun keburukan yang kita lakukan, pasti ada balasannya. Entah di dunia, entah di akhirat. Entah terlihat, entah tersembunyi. Lagipula, kau sudah tak mau tahu lagi tentangnya kan? Keputusan Bagus!

Nampaknya cukup sampai disini saja aku mengaduk-aduk emosimu. Aku tak mau kau sampai kelelahan menangis tanpa suara. Aku juga tak mau, kesayanganmu sampai terbangun dan mendapatimu menangis. Dia pasti tak bisa tidur semalaman memikirkan cara untuk membuatmu bahagia esok hari. Lekaslah tidur, tidurlah yang nyenyak. Dan bangunlah esok hari dengan penuh syukur.

Tertanda

Masa Lalumu.


note: tulisan ini pernah dipublikasikan @Hipwee dengan Link  http://www.hipwee.com/opini/sepucuk-surat-dariku-pemillik-sepenggal-kisah-masa-lalu/

Minggu, 02 April 2017

Tentang “Kelindhih” dan Mensyukuri Hidup

http://www.bontang.me/2015/06/tindihan-tidur-di-tindih-jin-makhluk.html

"kelindhih" merupakan keadaan dimana seseorang yang tengah tertidur merasa diganggu oleh suatu makhluk. Dalam keadaan ini, korban biasanya ingin segera terjaga, namun sulit. 


Saya menulis ini sesaat sebelum tidur malam. Sejujurnya, saya sedikit takut untuk memulai memejamkan mata lagi dan hilang kesadaran. Tapi apa mau dikata, saya bukan Edward Cullent yang ga pernah dan ga butuh tidur. Heheheh

Saya begini bukan tanpa alasan. Siapa sih yang ga suka tidur? Saya mah doyan. Sayangnya pengalaman yang bisa dibilang agak mengerikan semalam membuat saya sedikit deg-deg gan untuk memulai tidur lagi. Iya, deg-degan. Kayak pertama kali ngedate gitu. Hahahha (emang udah pernah ngedate?)

Ini semua gara-gara “kelindhih”. Bukan hal yang aneh bagi saya sih, kalau ada makhluk yang  sedang mencekik leher, menindih badan, atau mencengkeram kepala ketika sedang asyik-asyiknya tidur. Sudah bukan hal yang menakjubkan lagi ketika melihat makhluk berleher panjang, embah-embah, atau makhluk mirip dakocan lainnya saat mata saya “on” 25 %. Saya juga pernah melihat sesosok bayangan tinggi kurus masuk kamar saya yang dikunci melalui pintu saat  sudah merasa sangat tersiksa karena “kelindhih”. Tapi saya tidak pernah menganggapnya serius. Malah menganggap itu semua cuma halusinasi. Setelah itu abaikan.

Tapi tidak dengan semalam. “kelindhih” yang saya alami mungkin sangat biasa. Dan mungkin tidak spesial untuk dibagikan. Tapi dari sudut pandang saya yang sedikit “gumunan” ini, saya semakin merasakan besarnya karunia ketika bisa membuka mata setelah tidur. Hal yang amat sangat berharga, tapi sering terabaikan. Bagi saya khususnya.

Malam itu, saya memutuskan untuk tidur ketika menjelang jam 11 malam. Masih cukup sore buat saya yang biasanya insom. Namun beberapa minggu terkahir ini, saya sedang membiasakan diri untuk tidur lebih awal. Tidak ada yang aneh dan spesial, sebelum tidur saya cuci muka seperti biasa, pakai krim malam, dan tidur. Saya membaca do'a mau tidur dan kemudian memejamkan mata. Gilaaa,, secara tiba-tiba hawa berubah menjadi panas. Sampai-sampai merasa amat sangat tidak nyaman menempel pada kasur. Balik kanan-kiri telentang hingga tengkurap sudah dilakukan, tapi belum juga menemukan posisi yang nyaman. Di tengah sibuknya ber”glibak-glibek” ria itulah akhirnya saya pindah ke alam mimpi.

Saya menemukan diri saya sedang dikerumuni banyak makhluk mengerikan. Ada yang gembrot, nenek tua, leher panjang, hidung pinokio dan entah apa lagi. Mereka ramai-ramai menyiksa saya. Ada yang menjerat leher saya dengan lengan mereka yang besar dan kekar, menjambak rambut,  menindih badan, menutup lubang hidung sampai saya sulit sekali bernafas, hingga mencengkeram kaki dan tangan. Saya berdzikir, ta'awudz, takbir, istighfar. Tidak mempan. Saya coba baca Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Tapi tetap zonk. Akhirnya saya membaca ayat kursi. Dan saya terjaga. Saya sempat melihat tubuh Ibu-Ibu gembrot sedang menindih saya saat mata  belum terbuka 100 %.

Walau bagaimanapun saya tetap bersyukur sesuyukur-syukurnya. Senang sekali rasanya bisa keluar dari jeratan makhluk-makhluk seram dan mengerikan. Saya cepat-cepat bangun ingin minum. Rupanya makhluk-makhluk di mimpi tadi menguras cukup banyak energi.

Tak hanya haus, rupanya saya sedikit pusing. Enteng sekali rasanya ketika saya melangkahkan kaki menuju pintu kamar. Duh, pengen segera minum dan nyemil-nyemil barangkali masih ada sisa lauk di meja makan. Tapi aneh,, saya tidak bisa membuka pintu kamar. Memegang saja seperti tidak kuat. Saya panik. Takut kalau pingsan. Saya berjalan cepat untuk kembali ke kasur, memutuskan untuk berbaring saja. Saya berjalan cepat dan ketika melewati kaca lemari, tiba-tiba merasa ada yang janggal. Saya dekati kaca dan melihat lekat-lekat ke arahnya. Subhanalloh, saya sedang bercermin namun tidak ada pantulan diri saya disana. Kosong. Saya makin ketakutan. Jadi saya ini sudah mati ?

Masih merasakan panik dan takut yang campur aduk saya langsung menuju kasur yang masih ditutupi selambu. Tapi disana tidak ada tubuh saya. Jadi bagaimana ini,, ? Saya dimana,, ? Rasanya ingin teriak dan menangis. Tiba-tiba saya merasa limbung dan akhirnya menjatuhkan diri di kasur. Seperti pingsan.

Selang beberapa detik (mungkin antara 3 sampai 5 detik) saya sudah terbangun. Saya merasakan lelah yang teramat sangat. Saya coba gerakkan tangan saya, alhamdulillah,, masih berfungsi dan berada di dalam jasad. Saya gerakkan tubuh saya yang lain dan kaget ketika melihat celana tidur sebelah kanan yang saya kenakan tergulung sampai bagian paha. Baju tidur saya juga menyingkap ke atas. Ada apakah,, ? Apa ini karena pergerakkan saya yang hebat selama proses “kelindhih” itu berlangsung ?

Jam menunjukkan pukul 2 Malam ternyata. Saat saya menemukan kembali kesadaran yang utuh. Saya merenung sepanjang malam. Antara takut, penasaran, bingung,,, sampai akhirnya saya ketiduran lagi. Dan bangun saat adzan subuh berkumandang.

Dan kini saya akan tidur lagi. Harapan saya sederhana aja, bisa bangun esok hari dalam keadaan sehat wal'afiat. Aamiin aamiin Ya Alloh..





Kamis, 23 Maret 2017

Untuk Bapak dan Ibu: Karena Akulah Harta yang Paling Berharga, Maka Aku Akan Tetap Disini

http://www.hipwee.com/opini/untuk-bapak-dan-ibu-karena-akulah-harta-yang-paling-berharga-maka-aku-akan-tetap-disini/ 


Tak ada satupun anak di dunia ini yang tidak menginginkan kebahagiaan bagi Orang tuanya. Membuat mereka tersenyum, membuat mereka bangga hingga menangis terharu, seakan telah menjadi tujuan hidup seorang anak yang tak perlu diikrarkan di depan banyak orang, namun selalu tertanam kuat dalam hati & pikiran. Hal itulah yang juga ingin ku lakukan pada kalian Bapak dan Ibu, aku ingin menghujani kalian dengan kebahagiaan yang berlimpah.
Dulu aku pernah berangan-angan. Selepas kuliah nanti, aku akan pergi berpetualang. Seperti dalam kutipan Buku ketiga dari Tetralogi Laskar Pelangi Edensor karya Andrea Hirata,

“ Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecah misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan. Aku ingin ketempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penakhlukan. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!"

Ah, sebenarnya tidak selebay itu juga. Aku hanya ingin pergi ke dunia yang baru, jauh, asing, memulai petualangan baru, berkenalan dengan orang-orang baru, dan yang paling penting, mendulang rupiah sebanyak-banyaknya demi kebahagiaan kita sekeluarga.
Membayangkan hal itu, membuatku semakin semangat untuk segera menyelesaikan kuliahku. Ya, aku ingin sering-sering membelikan baju baru untuk kalian, membelikan Ibu perhiasan, mengajak kalian makan enak. Kalian  tidak perlu lagi bekerja terlampau keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Biarkan aku yang bekerja jauh ke luar sana, dan mengambil alih tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan finansial keluarga. Jangan anggap aku sombong Pak, Bu, atas cita-citaku waktu itu. Aku hanya ingin membuat kalian bahagia.
Tapi ternyata, waktu itu aku salah. Kondisi ekonomi kita yang di bawah rata-rata, membuatku menilai bahwa uang adalah hal terbaik yang bisa membuat kalian bahagia. Padahal tidak. Uang hanyalah salah satu sumber kebahagiaan. Memiliki uang yang berlimpah  memang bisa membuat kita bahagia. Seharusnya waktu itu aku tahu, bahwa kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang. Ada hal yang jauh lebih berharga bagi kalian, bahkan bila seluruh komponen yang ada di bumi ini dinilai dengan uang, kemudian kalian diminta menukarkan dengan hal yang kalian anggap jauh lebih berharga itu, aku tahu kalian tidak akan pernah sudi.
Ya, hal yang lebih berharga itu adalah aku. Aku, anak perempuan yang kalian besarkan dengan penuh perjuangan dan cinta kasih. Anak yang selalu membuat kalian rindu ketika semasa kuliah aku pernah tidak pulang ke rumah sampai 5 minggu padahal jarak kita hanya sekitar 70 Km. Anak yang bandel karena sering melakukan penghematan dengan cara-cara ekstrim agar uang sakunya tetap bersisa setiap bulannya. Anak perempuan itu, tidak akan pernah kalian biarkan pergi jauh dari kehidupan kalian.
Jujur aku sempat gundah waktu itu. Ketika kalian benar-benar serius melarangku untuk pergi, aku sempat merasa terkungkung dalam sangkar sepasang bidadari. Aku seperti kehilangan harapan untuk membahagiakan kalian. Lalu apa yang harus aku lakukan? Iya,, aku memang masih bisa bekerja disini. Tapi mungkin aku tidak mendapatkan pekerjaan impianku. Ilmu yang ku pelajari selama empat tahun di bangku perkuliahan seakan sia-sia. Terlebih, aku tidak bisa menghujani kalian dengan rupiah.
Sampai sekian lama aku merenung, & aku menyadari bahwa tak seharusnya aku bersikap demikian. Jika memang aku tulus menginginkan kebahagiaan kalian, aku tidak akan menyiksa kalian dalam kekhawatiran setiap hari. Jika aku menyayangi kalian, maka aku akan senantiasa menentramkan hati kalian. Bukankah ketentraman hati adalah sumber kebahagiaan yang paling hakiki?
Kalian pernah mengatakan padaku kan, bahwa kalian lebih senang jika aku memberikan cangkang siput yang ku temukan di antara pasir pantai, dibandingkan dengan menerima mutiara yang cantik dan berkilau yang aku dapatkan setelah aku menyelam di kedalaman laut tertentu. Meskipun kita sama-sama tahu resikonya, dengan tetap disini, mungkin aku akan jadi orang yang biasa-biasa saja. Mungkin akan sulit bagiku untuk membahagiakan kalian dengan kemewahan seperti apa yang pernah kuimpikan.
Tapi apalah arti menjadi orang hebat,  sementara aku membiarkan orang lain, atau justru kalian yang mengurus diri kalian sendiri. Apalah arti kemewahan, sementara untuk mencium tangan kalian saja aku harus menunggu waktu. Tak apa aku biasa saja di mata mereka, asalkan aku senantiasa mampu menjadi superhero untuk keluargaku tercinta.
Pak, Bu, aku akan tetap disini. Aku akan tetap berada di samping kalian. Aku tidak akan pergi jauh. Aku akan menemani kalian minum teh setiap pagi dan sore hari, menemani kalian menonton TV, saling berbagi cerita tentang kehidupan. Aku akan selalu ada kapanpun kalian membutuhkanku untuk sekedar memijat bahu kalian yang lelah. Aku akan merawat kalian ketika kalian sakit. Yakinlah Pak, Bu, aku akan mendampingi & memastikan dengan mata kepalaku sendiri bahwa kalian selalu bahagia hingga ujung usia.

 

Minggu, 19 Maret 2017

Catatan Indah Untukmu, Pria yang Tak Se-milipun Kuragukan untuk Menjadi Imamku


http://jadiberita.co/72051/5-manfaat-gandengan-tangan-dengan-kekasih.html


Aku mulai menulis ini sesaat setelah aku berpamitan padamu untuk segera tidur. Bukan berarti aku membohongimu. Sejujurnya aku juga ingin segera tidur, tapi,, mata ini masih enggan terpejam. Hati ini masih bergejolak. Terlebih pikiran ini, belum mau berhenti memikirkan tentang kamu, tentang kita, dan tentang kehidupan kita mendatang.



Wahai Kamu,,

Pernahkah terbesit di fikiranmu dahulu, bahwa kita akan berakhir seperti ini? Kita yang pernah dekat, kita yang pernah saling mencinta, kita yang kemudian saling menjauh, kita yang memutuskan untuk sekedar menjadi teman, dan kita yang kini sedang membicarakan soal persiapan pernikahan? Jujur,, aku masih takjub dengan alur yang telah Tuhan pilihkan. Aku masih tak percaya, jika kamu yang akhirnya harus menggenapiku. Kamu yang akhirnya harus memaklumi setiap labilnya sikapku. Kamu yang akhirnya harus menyeka air mataku karena sifat baperku yang sering kelewatan. Kamu juga tidak pernah menyangka kan sayang ?



Wahai Kamu Calon Pendampingku,,

Aku sering tersenyum mengingat-ingat tentang kita dahulu. Dimana kita sering menghabiskan waktu bersama hanya dengan mendengarkan lagu-lagu yang sedang hits, menonton kartun favoritku, atau hanya sekedar mengobrol santai ngalor-ngidul tanpa judul. Kita juga saling mengkhawatirkan, saling mendukung, diam-diam saling merindu, dan sialnya saling takut kehilangan. Hanya saja, saat itu, mungkin pikiran kita masih terlalu bocah untuk yakin bahwa itu cinta.



Lalu apa yang terjadi? Kita pura-pura merasa tidak cocok, sering bertengkar hanya karena hal-hal sepele, dan menjaga gengsi. Bodohnya kita selalu merasa bahwa pasti ada orang di luar sana yang lebih baik untuk kita. Aku menganggap bahwa masih ada pelukan yang jauh lebih mengayomi ketimbang pelukanmu, dan kau juga menganggap bahwa masih ada senyum yang jauh lebih tulus dari yang pernah ku berikan. Lalu kita tenggelam dalam kesibukkan menemukan belahan jiwa sesuai ekspektasi kita masing-masing. Sekuat tenaga mencari dan lupa untuk menjadi. Meskipun demikian kita akhirnya mendapatkan yang sesuai dengan keinginan kita pada masa itu. Konyolnya lagi, kita saling menceritakan kebahagiaan kita dengan pasangan masing-masing. 
 
Sampai pada akhirnya, topeng yang dikenakan oleh mereka yang kita puja-puja itu jatuh. Dan kita sekuat tenaga tetap mempertahankan citra kita masing-masing sebagai pasangan ideal. Tak peduli seberapa sakitnya hati menahan, tak menghiraukan bahwa kita harus menipu diri sendiri. Asalkan aku tetap bisa menggenggam tangannya dan kau tetap membersamainya. 

Tapi sekeras apapun kita berusaha, kita tetap tak bisa melawan takdir Tuhan. Dia-lah yang paling berkuasa di atas segalanya, termasuk atas diri kita. Aku masih ingat betapa terpuruknya aku ketika harus dengan paksa melepaskan cinta yang mati-matian ku pertahankan. Mungkin kau juga pernah demikian dengan wanita yang pernah kau bersamai. Tapi aku bersyukur kau ada di saat-saat sulit itu. Ya, lebih tepatnya kita sama-sama saling menguatkan. Hanya saja, kita masih enggan untuk berhenti mencari.



Dan hari demi haripun berlalu. Bulan demi bulan berganti. Aku tetap saja sendiri. Dan kau, tetap saja enggan memantapkan hati. Kita sama-sama betah menyandang status single. Bukan berarti tidak laku. Tapi karena seperti yang pernah ku katakan tadi, bahwa ekspektasi kita terlalu tinggi tentang pasangan hidup. Atau mungkin, ini memang jalan-Nya. Kita dibiarkan sendiri agar bisa introspeksi diri.



Nyatanya banyak hal yang berubah di pikiranku dalam memandang cinta dan pernikahan. Aku tak lagi sibuk mencari, namun sibuk menjadi. Bahkan aku tak sempat memikirkan cinta. Aku hanya ingin jadi lebih baik untuk diriku, keluarga, dan Tuhan. Nampaknya, kau juga demikian. Kau bahkan lebih rajin beribadah dibandingkan diriku bukan ?



Sampai akhirnya takdir kembali mempertemukan kita. Hanya dalam sebuah pertemuan & obrolan singkat, akhirnya keputusan besar itu terlahir. Ya,, kita akan menikah. Tanpa  kata romantis, tanpa perlu merayu dan tanpa bertele-tele, kau tiba-tiba mengatakan, “aku akan menikah denganmu.”

Seandainya kau tahu perasaanku saat itu. Seandainya kau melihat lebih lama ke dalam mataku. Kau akan menjumpai banyak kembang api layaknya pesta tahun baru. Atau semacam pesta lampion yang sering dibilang banyak orang  romantis itu.



Sayang,, aku sungguh bahagia. Di titik itu aku baru menyadari bahwa selama ini aku mencari terlalu jauh. Aku bahkan melupakan  kata kunci dalam sebuah hubungan, yakni “nyaman”. Padahal kenyamanan itu sudah sejak lama aku dapatkan dari dirimu.



 Bersamamu aku tak pernah berusaha menjadi orang lain. Aku adalah aku yang hobi nonton film kartun anak-anak sambil tertawa terbahak-bahak. Aku adalah aku yang mudah baper. Aku adalah aku yang sering keras kepala. Tak pernah aku menutupi sesuatu terhadapmu. Kecuali cintaku. Cinta yang telah lama bersarang di hatiku. Ah bukan, aku tidak menutupi. Bahkan aku tidak paham bahwa itu cinta.



Terlepas dari apapun Sayang,, Aku amat sangat bahagia kembali menemukanmu. Kelak, kita akan punya banyak waktu untuk tenggelam dalam tawa karena film-film kartun yang lucu. Kita akan menikmati bersama minuman favorit kita, capucino sesering yang kita mau. Kita bisa terus saling bercerita tentang hidup.

Jangan khawatir bila saat ini kita masih compang-camping penuh kekurangan. Baik dalam hal materi dan kematangan jiwa. Kita akan belajar bersama, saling mendukung, saling mengisi, saling menguatkan. Mungkin akan ada saja sedikit pertengkaran-pertengkaran kecil di antara kita, tapi itu hanyalah bumbu penyedap agar kisah kita tidak pernah hambar dan membosankan.



Belahan jiwaku,,, Kamu,, yang tak pernah semilipun kuragukan untuk menjadi teman menghabiskan usia senjaku,, semoga Tuhan selalu memberikan ridhonya hingga akhir nanti. Dan kelak, kita akan kembali dipertemukan di Surga-Nya, masih sebagai sepasang kekasih halal. Aamiin,,

Edisi Belajar dari Rumah : Menentukan Volume Bangun Ruang

Tugas Matematika untuk Belajar dari rumah kali ini adalah : Silakan kerjakan LKS halaman 35, Kegiatan Kompetensi 4. Kemudian dif...