http://www.hipwee.com/opini/sepucuk-surat-dariku-pemillik-sepenggal-kisah-masa-lalu/ |
Dear Kamu,
Bagaimana kabarmu? Maaf mengganggumu lewat dering
alarm ponsel. Aku tahu kau lelah. Tapi bolehkan, aku meminta waktumu
sedikit saja untuk ngobrol berdua ? Tak perlu khawatir, aku tak akan
membangunkan belahan jiwamu yang sedang tertidur pulas. Apalagi
membangunkan malaikat kecilmu. Cukup kau dan aku. Oke?
Hai kamu
Kini
aku akan mengajakmu berwisata ke tempo dulu, tepatnya ke lima tahun
yang lalu. Jika kau melihat dirimu tersedu dalam tangis dengan kepala
menyandar pada meja tulismu, kau merasa lemah dan rapuh, berarti kau
telah tiba disana. Kau jangan tergesa untuk bersedih. Kau ingat kan, itu
adalah ratapan terakhirmu ? Ya,, aku terlahir kala itu. Kala mulutmu
tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Kau hanya bisa meratap dalam hati, ”
Tuhan, maafkan aku, Tuhan, tolonglah aku, Tuhan, aku kacau”
Memang
tidak mudah bagi wanita manapun untuk bersikap tegar ketika di hadapkan
dengan masalah seperti yang kau alami waktu itu. Kau harus menanggung
sakit yang luar biasa. Bagaimana tidak? Setelah hampir setengah tahun
kau membersamainya dengan penuh cinta, hingga kau yakin untuk membawa ia
ke orang tuamu, memaparkan visi dan misi kalian membangun rumah tangga,
lalu merencanakan dengan detail soal prosesi yang manis itu. Setelah
Orang tuamu menyetujui, dan semua rencana kalian tersusun rapi, mendadak
ia pamit berbekal alasan yang sangat tidak rasional. Hanya butuh
belasan hari akhirnya kau tahu bahwa ia terpikat oleh hati yang lain dan
menjalin cinta.
Tapi aku senang, kau tetap tegar meskipun badai itu demikian kuat
menghantam. Kau terlihat istimewa setiap kau mengatakan kepada kedua
orang tuamu bahwa kau baik-baik saja. Kau bahkan memberi pengertian
kepada mereka bahwa memaafkannya adalah hal terbaik yang bisa dilakukan.
Kau juga mengatakan kepada sahabat-sahabatmu untuk tidak membahas soal
pembuat luka itu lagi. Meskipun aku tahu, kau tetap rapuh. Hatimu tetap
saja remuk. Namun kau hanya menunjukkan apa yang sebenarnya kau rasakan
pada satu waktu, yaitu saat kau berdialog dengan Tuhan. Hebat,,
Wahai
kamu,, seorang bijak mengatakan, bahwa tanda yang meninggalkanmu adalah
orang yang tidak baik, maka hal-hal baru yang lebih baik mulai terjadi.
Tentu kau masih ingat ekspresi bahagiamu ketika mendapat kenaikan gaji.
Lalu karir menulismu semakin cemerlang, bisnis sampinganmu semakin
eksis, dan kau semakin dekat dengan Dia, Sang Maha pemberi nikmat. Cukup
jelas, dia bukan orang baik.
Dan waktupun berjalan. Di seperempat
abad usiamu, dikala dirimu tidak sempat berfikir soal cinta dan
pernikahan, kejutan manis itu datang. Kalian tak perlu waktu lama untuk
saling yakin, dan jadilah.
Bukankah
Tuhan tak pernah ingkar janji? Ia akan selalu memberikan
kejutan-kejutan manis bagi hamba-Nya yang selalu sabar dan berdo’a
kepada-Nya. Kau semakin percaya, bahwa sekuat apapun badai, ia pasti
akan tetap berlalu. Pandanglah dia, sandaran hatimu, penuntun jalanmu,
orang biasa yang selalu berusaha menjadi sempurna untukmu. Tengoklah
malaikat kecilmu yang sedang terlelap di kamar sebelah. Kau pasti
menangis terharu menyadari betapa indahnya skenario yang telah Tuhan
tuliskan untukmu.
Tentang si pembuat luka, aku sependapat
denganmu, bahwa dengan memaafkan akan lebih mempercepat ia pergi dari
ingatanmu, dan mempermudah jalanmu untuk melanjutkan hidup. Tuhan maha
adil. Sekecil apapun kebaikan ataupun keburukan yang kita lakukan, pasti
ada balasannya. Entah di dunia, entah di akhirat. Entah terlihat, entah
tersembunyi. Lagipula, kau sudah tak mau tahu lagi tentangnya kan?
Keputusan Bagus!
Nampaknya cukup sampai disini saja aku
mengaduk-aduk emosimu. Aku tak mau kau sampai kelelahan menangis tanpa
suara. Aku juga tak mau, kesayanganmu sampai terbangun dan mendapatimu
menangis. Dia pasti tak bisa tidur semalaman memikirkan cara untuk
membuatmu bahagia esok hari. Lekaslah tidur, tidurlah yang nyenyak. Dan
bangunlah esok hari dengan penuh syukur.
Tertanda
Masa Lalumu.
note: tulisan ini pernah dipublikasikan @Hipwee dengan Link http://www.hipwee.com/opini/sepucuk-surat-dariku-pemillik-sepenggal-kisah-masa-lalu/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar