Selasa, 18 April 2017

Karena Obat Mujarab untuk Menyembuhkan Luka Adalah Berdamai dengan Pembuatnya

lhttp://my-favoriteartis.blogspot.co.id/2015/10/kumpulan-dp-bbm-gambar-danbo-patah-hati.html




Tak ada cara yang lebih mujarab untuk menyembuhkan luka kecuali berdamai dengannya. Dan balasan paling setimpal bagi mereka yang pernah menggoreskan luka adalah berbaik hati kepadanya..”



Apa ? 


Berdamai? 


Berbuat baik ? 


Impossible!!! 


Sampai turunan ke-10 pun aku tidak akan pernah sudi. Aku akan mengibarkan bendera perang, dan memberi tanda silang di kepalanya bahwa dia adalah target utamaku. Suatu saat aku akan tertawa bahagia di atas penderitaannya dan dia akan memohon-mohon di kakiku agar diberi belas kasihan. Aku akan berdo'a siang malam agar dia segera mendapat petaka yang luar biasa dari Tuhan. Aku janji,, janjii.. “

Mungkin kurang lebih begitulah ekspresiku ketika 6 bulan yang lalukau datang dengan nasihat bijak yang langsung aku tolak mentah-mentah. Dan kau hanya tersenyum sambil berkata dengan nadamu yang datar.

“Lakukan saja apa yang kau suka sekarang, tapi jangan berlarut-larut ya,, Aku tahu kau adalah gadis dengan segudang ambisi baik. Dan kurasa, melihat seseorang kesusahan bukanlah salah satu ambisimu bukan ? “

“Kamu tidak akan pernah mengerti, karena kamu tidak pernah tahu bagaimana rasanya dikhianati. Kamu bisa saja bersikap selow seperti sekarang karena kamu tidak tahu rasanya ditinggal pergi ketika sedang mempersiapkan perhelatan janji suci.”



Dan lagi-lagi kamu hanya tersenyum. Namun kali ini tak disusul dengan satu katapun. Hal ini membuat aku gemas. Bagaimana tidak?  Yang aku inginkan adalah kamu membelaku, memberi strategi jitu untuk melumpuhkannya. Bukan hanya memintaku untuk berdamai, Berbuat baik. Hei,, dia telah berbuat kesalahan yang paling fatal terhadapku. Dan lebih fatalnya lagi, terhadap keluargaku juga.

Bagaimana tidak fatal? Dia berkata akan menikahiku. Bukan kepadaku, tapi kepada orang tuaku. Ya, dia nampak bagai sosok laki-laki idaman. Jarang-jarang kan ada pria yang langsung to the point seperti itu? Terlebih dengan susunan rencana kehidupan rumah tangga kami kelak yang bedebah itu rancang sedemikian sederhana namun sangat menjanjikan. Aku kagum. Ayah Ibuku takjub. Dan, kita semua “klik”. Mulailah kami merancang apa-apa yang perlu dipersiapkan. Hari baik, adat seperti apa, konsep pesta, dan tetek bengek lainnya.



Ah andaikan saja para pria tahu, kegiatan itu merupakan hal yang paling merepotkan tapi sekaligus mengasyikkan bagi seorang wanita.Memikirkan konsep, pernak-pernik, pesta,, Itu semua kegiatan yang menyibukkan sekaligus menyenangkan. Ya, semua terasa menyenangkan sampai akhirnya ia merusak semua kebahagiaan itudengan membatalkannya secara sepihak. Dan parahnya lagi, ternyata ia membatalkan sebuah acara suci nan sakral demi seorang wanita lain. Damn,,

Wanita mana yang tidak sakit hati ? Wanita mana yang tidak hancur lebur perasaannya ? Wanita mana yang tidak menyimpan dendam ? Dia menjebloskanmu ke jurang neraka ketika sedang asyik-asyiknya bermain di angkasa. Dia seolah mencipratkan kotoran hewan ke wajah kedua orang tuamu. Kemudian kau diminta untuk berdamai ? Cih,,

Yang ada aku berusaha menempa diriku untuk menjadi lebih baik. Aku harus lebih sukses dari dia, aku harus lebih mapan secara finansial, aku harus lebih terkenal. Suatu saat, akan kuinjak lehernya. Akan kubuat dia merangkak-rangkak di kakiku, memohon belas kasihan. Lihat saja, suatu saat hal itu akan terjadi.

Aku berlari mengejar prestasi. Menyibukkan diri dengan kegiatan lain di luar jam kantor. Menulis, mengeksplorasi diri. Melakukan banyak hal baru demi sebuah popuparitas dan menambah asset. Ketika aku merasa lelah, postingan mesra nan alay dari kedua sejoli yang berawal dari pasangan selingkuh itu melecutku.

Hari demi hari berganti. Namaku semakin terangkat di bidang tulis menulis. Assetku semakin bertambah. Bisnis sampingan semakin berjalan.Aku mendapatkan apa yang aku inginkan. Namun aku menjadi aku yang tak kenal waktu. Menjadi aku yang tak kenal batas kemampuan diriku. Lebih parahnya, aku menjadi aku yang tak kenal belas kasihan pada dirisendiri.



Tiba saatnya dimana aku merasa amat sangat lelah. Aku tiba disaatdimanapostingan-postingan kemesraan dia dan kekasih barunya tidak bisa menepis lelah. Untuk apa aku bersusah payah melakukan ini semua. Apakah dengan populernya diriku menjadikan ia tersakiti ? Apakah dengan bertambahnya assetku dia akan menderita? Bagaimana kalau dia sama sekali tidak tahu? Bagaimana dia akan tahu? Dia sedang asyik dengan cintanya. Dan aku malah membiarkan indahnya kehidupanku ditelan oleh sibukku. Merelakan diri untuk tidak menikmati kehidupanku.



Oh Tuhan,, apa yang sedang kulakukan tak ada ubahnya dengan menghukum diriku sendiri. Padahal Tuhanku yang Maha Welas asih telah mengutus banyak orang baik untukku. Ayahku,, Ibuku,, Adikku,, dan sahabat-sahabat baik seperti kamu? Harusnya kuhabiskan waktu bersama mereka. Harusnya aku duduk dan mendengarkanmu berpetuah.



Kau benar sahabatku, seharusnya sejak lama aku berdamai dengan kejadian pahit itu. Bukan berarti harus melupakan, tapi ada beberapa hal yang nampak tidak menyenangkan tapi itulah hal yang seharusnya terjadi. Mungkin wanita yang membuatnya berpaling jauh lebih baik dalam beberapa hal dibandingkan diriku, dan aku juga punya beberapa hal yang jauh lebih baik dibandingkan dirinya. Hanya saja, kelebihannya lebih cocok untuk melengkapi kekurangan pria pengkhianat itu dibandingan dengan kelebihanku. Bukankah setiap pribadi itu unik, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing? Bukankah jodoh itu bukan yang paling baik tapi yang paling cocok?



Selang beberapa waktu, kujabat tangan seseorang yang dulu pernah menyakitiku begitu hebatnya sambil mengucapkan selamat. Kusunggingkan senyum tulus untuk mereka. Syukurlah,, hatiku merasa sangat ringan.



Benar katamu Sahabat, memaafkannya, merupakan obat luka yang paling mujarab.

Selasa, 11 April 2017

Sepucuk Surat Dariku, Pemilik Sepenggal Kisah Masa Lalu

http://www.hipwee.com/opini/sepucuk-surat-dariku-pemillik-sepenggal-kisah-masa-lalu/


Dear Kamu,
Bagaimana kabarmu? Maaf mengganggumu lewat dering alarm ponsel. Aku tahu kau lelah. Tapi bolehkan, aku meminta waktumu sedikit saja untuk ngobrol berdua ? Tak perlu khawatir, aku tak akan membangunkan belahan jiwamu yang sedang tertidur pulas. Apalagi membangunkan malaikat kecilmu. Cukup kau dan aku. Oke?

Hai kamu
Kini aku akan mengajakmu berwisata ke tempo dulu, tepatnya ke lima tahun yang lalu. Jika kau melihat dirimu tersedu dalam tangis dengan kepala menyandar pada meja tulismu, kau merasa lemah dan rapuh, berarti kau telah tiba disana. Kau jangan tergesa untuk bersedih. Kau ingat kan, itu adalah ratapan terakhirmu ? Ya,, aku terlahir kala itu. Kala mulutmu tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Kau hanya bisa meratap dalam hati, ” Tuhan, maafkan aku, Tuhan, tolonglah aku, Tuhan, aku kacau”
Memang tidak mudah bagi wanita manapun untuk bersikap tegar ketika di hadapkan dengan masalah seperti yang kau alami waktu itu. Kau harus menanggung sakit yang luar biasa. Bagaimana tidak? Setelah hampir setengah tahun kau membersamainya dengan penuh cinta, hingga kau yakin untuk membawa ia ke orang tuamu, memaparkan visi dan misi kalian membangun rumah tangga, lalu merencanakan dengan detail soal prosesi yang manis itu. Setelah Orang tuamu menyetujui, dan semua rencana kalian tersusun rapi, mendadak ia pamit berbekal alasan yang sangat tidak rasional. Hanya butuh belasan hari akhirnya kau tahu bahwa ia terpikat oleh hati yang lain dan menjalin cinta.

Tapi aku senang, kau tetap tegar meskipun badai itu demikian kuat menghantam. Kau terlihat istimewa setiap kau mengatakan kepada kedua orang tuamu bahwa kau baik-baik saja. Kau bahkan memberi pengertian kepada mereka bahwa memaafkannya adalah hal terbaik yang bisa dilakukan. Kau juga mengatakan kepada sahabat-sahabatmu untuk tidak membahas soal pembuat luka itu lagi. Meskipun aku tahu, kau tetap rapuh. Hatimu tetap saja remuk. Namun kau hanya menunjukkan apa yang sebenarnya kau rasakan pada satu waktu, yaitu saat kau berdialog dengan Tuhan. Hebat,,

Wahai kamu,, seorang bijak mengatakan, bahwa tanda yang meninggalkanmu adalah orang yang tidak baik, maka hal-hal baru yang lebih baik mulai terjadi. Tentu kau masih ingat ekspresi bahagiamu ketika mendapat kenaikan gaji. Lalu karir menulismu semakin cemerlang, bisnis sampinganmu semakin eksis, dan kau semakin dekat dengan Dia, Sang Maha pemberi nikmat. Cukup jelas, dia bukan orang baik.

Dan waktupun berjalan. Di seperempat abad usiamu, dikala dirimu tidak sempat berfikir soal cinta dan pernikahan, kejutan manis itu datang. Kalian tak perlu waktu lama untuk saling yakin, dan jadilah.

Bukankah Tuhan tak pernah ingkar janji? Ia akan selalu memberikan kejutan-kejutan manis bagi hamba-Nya yang selalu sabar dan berdo’a kepada-Nya. Kau semakin percaya, bahwa sekuat apapun badai, ia pasti akan tetap berlalu. Pandanglah dia, sandaran hatimu, penuntun jalanmu, orang biasa yang selalu berusaha menjadi sempurna untukmu. Tengoklah malaikat kecilmu yang sedang terlelap di kamar sebelah. Kau pasti menangis terharu menyadari betapa indahnya skenario yang telah Tuhan tuliskan untukmu.

Tentang si pembuat luka, aku sependapat denganmu, bahwa dengan memaafkan akan lebih mempercepat ia pergi dari ingatanmu, dan mempermudah jalanmu untuk melanjutkan hidup. Tuhan maha adil. Sekecil apapun kebaikan ataupun keburukan yang kita lakukan, pasti ada balasannya. Entah di dunia, entah di akhirat. Entah terlihat, entah tersembunyi. Lagipula, kau sudah tak mau tahu lagi tentangnya kan? Keputusan Bagus!

Nampaknya cukup sampai disini saja aku mengaduk-aduk emosimu. Aku tak mau kau sampai kelelahan menangis tanpa suara. Aku juga tak mau, kesayanganmu sampai terbangun dan mendapatimu menangis. Dia pasti tak bisa tidur semalaman memikirkan cara untuk membuatmu bahagia esok hari. Lekaslah tidur, tidurlah yang nyenyak. Dan bangunlah esok hari dengan penuh syukur.

Tertanda

Masa Lalumu.


note: tulisan ini pernah dipublikasikan @Hipwee dengan Link  http://www.hipwee.com/opini/sepucuk-surat-dariku-pemillik-sepenggal-kisah-masa-lalu/

Minggu, 02 April 2017

Tentang “Kelindhih” dan Mensyukuri Hidup

http://www.bontang.me/2015/06/tindihan-tidur-di-tindih-jin-makhluk.html

"kelindhih" merupakan keadaan dimana seseorang yang tengah tertidur merasa diganggu oleh suatu makhluk. Dalam keadaan ini, korban biasanya ingin segera terjaga, namun sulit. 


Saya menulis ini sesaat sebelum tidur malam. Sejujurnya, saya sedikit takut untuk memulai memejamkan mata lagi dan hilang kesadaran. Tapi apa mau dikata, saya bukan Edward Cullent yang ga pernah dan ga butuh tidur. Heheheh

Saya begini bukan tanpa alasan. Siapa sih yang ga suka tidur? Saya mah doyan. Sayangnya pengalaman yang bisa dibilang agak mengerikan semalam membuat saya sedikit deg-deg gan untuk memulai tidur lagi. Iya, deg-degan. Kayak pertama kali ngedate gitu. Hahahha (emang udah pernah ngedate?)

Ini semua gara-gara “kelindhih”. Bukan hal yang aneh bagi saya sih, kalau ada makhluk yang  sedang mencekik leher, menindih badan, atau mencengkeram kepala ketika sedang asyik-asyiknya tidur. Sudah bukan hal yang menakjubkan lagi ketika melihat makhluk berleher panjang, embah-embah, atau makhluk mirip dakocan lainnya saat mata saya “on” 25 %. Saya juga pernah melihat sesosok bayangan tinggi kurus masuk kamar saya yang dikunci melalui pintu saat  sudah merasa sangat tersiksa karena “kelindhih”. Tapi saya tidak pernah menganggapnya serius. Malah menganggap itu semua cuma halusinasi. Setelah itu abaikan.

Tapi tidak dengan semalam. “kelindhih” yang saya alami mungkin sangat biasa. Dan mungkin tidak spesial untuk dibagikan. Tapi dari sudut pandang saya yang sedikit “gumunan” ini, saya semakin merasakan besarnya karunia ketika bisa membuka mata setelah tidur. Hal yang amat sangat berharga, tapi sering terabaikan. Bagi saya khususnya.

Malam itu, saya memutuskan untuk tidur ketika menjelang jam 11 malam. Masih cukup sore buat saya yang biasanya insom. Namun beberapa minggu terkahir ini, saya sedang membiasakan diri untuk tidur lebih awal. Tidak ada yang aneh dan spesial, sebelum tidur saya cuci muka seperti biasa, pakai krim malam, dan tidur. Saya membaca do'a mau tidur dan kemudian memejamkan mata. Gilaaa,, secara tiba-tiba hawa berubah menjadi panas. Sampai-sampai merasa amat sangat tidak nyaman menempel pada kasur. Balik kanan-kiri telentang hingga tengkurap sudah dilakukan, tapi belum juga menemukan posisi yang nyaman. Di tengah sibuknya ber”glibak-glibek” ria itulah akhirnya saya pindah ke alam mimpi.

Saya menemukan diri saya sedang dikerumuni banyak makhluk mengerikan. Ada yang gembrot, nenek tua, leher panjang, hidung pinokio dan entah apa lagi. Mereka ramai-ramai menyiksa saya. Ada yang menjerat leher saya dengan lengan mereka yang besar dan kekar, menjambak rambut,  menindih badan, menutup lubang hidung sampai saya sulit sekali bernafas, hingga mencengkeram kaki dan tangan. Saya berdzikir, ta'awudz, takbir, istighfar. Tidak mempan. Saya coba baca Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Tapi tetap zonk. Akhirnya saya membaca ayat kursi. Dan saya terjaga. Saya sempat melihat tubuh Ibu-Ibu gembrot sedang menindih saya saat mata  belum terbuka 100 %.

Walau bagaimanapun saya tetap bersyukur sesuyukur-syukurnya. Senang sekali rasanya bisa keluar dari jeratan makhluk-makhluk seram dan mengerikan. Saya cepat-cepat bangun ingin minum. Rupanya makhluk-makhluk di mimpi tadi menguras cukup banyak energi.

Tak hanya haus, rupanya saya sedikit pusing. Enteng sekali rasanya ketika saya melangkahkan kaki menuju pintu kamar. Duh, pengen segera minum dan nyemil-nyemil barangkali masih ada sisa lauk di meja makan. Tapi aneh,, saya tidak bisa membuka pintu kamar. Memegang saja seperti tidak kuat. Saya panik. Takut kalau pingsan. Saya berjalan cepat untuk kembali ke kasur, memutuskan untuk berbaring saja. Saya berjalan cepat dan ketika melewati kaca lemari, tiba-tiba merasa ada yang janggal. Saya dekati kaca dan melihat lekat-lekat ke arahnya. Subhanalloh, saya sedang bercermin namun tidak ada pantulan diri saya disana. Kosong. Saya makin ketakutan. Jadi saya ini sudah mati ?

Masih merasakan panik dan takut yang campur aduk saya langsung menuju kasur yang masih ditutupi selambu. Tapi disana tidak ada tubuh saya. Jadi bagaimana ini,, ? Saya dimana,, ? Rasanya ingin teriak dan menangis. Tiba-tiba saya merasa limbung dan akhirnya menjatuhkan diri di kasur. Seperti pingsan.

Selang beberapa detik (mungkin antara 3 sampai 5 detik) saya sudah terbangun. Saya merasakan lelah yang teramat sangat. Saya coba gerakkan tangan saya, alhamdulillah,, masih berfungsi dan berada di dalam jasad. Saya gerakkan tubuh saya yang lain dan kaget ketika melihat celana tidur sebelah kanan yang saya kenakan tergulung sampai bagian paha. Baju tidur saya juga menyingkap ke atas. Ada apakah,, ? Apa ini karena pergerakkan saya yang hebat selama proses “kelindhih” itu berlangsung ?

Jam menunjukkan pukul 2 Malam ternyata. Saat saya menemukan kembali kesadaran yang utuh. Saya merenung sepanjang malam. Antara takut, penasaran, bingung,,, sampai akhirnya saya ketiduran lagi. Dan bangun saat adzan subuh berkumandang.

Dan kini saya akan tidur lagi. Harapan saya sederhana aja, bisa bangun esok hari dalam keadaan sehat wal'afiat. Aamiin aamiin Ya Alloh..





Edisi Belajar dari Rumah : Menentukan Volume Bangun Ruang

Tugas Matematika untuk Belajar dari rumah kali ini adalah : Silakan kerjakan LKS halaman 35, Kegiatan Kompetensi 4. Kemudian dif...